PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
|
|
1.
Perekonomian
Indonesia 2013
Perekonomian Indonesia yang diukur
berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada
Triwulan I-2013 mencapai Rp2.146,4 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan 2000 mencapai Rp671,3 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2013 dibandingkan triwulan IV-2012, yang diukur dari kenaikan PDB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 1,41 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini terutama didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan yang meningkat sebesar 23,06 persen karena mulainya musim panen tanaman padi pada triwulan I-2013. PDB Indonesia pada triwulan I-2013 dibandingkan triwulan I-2012 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,02 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini didukung oleh hampir semua sektor kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,43 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,98 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2013 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 (y-on-y) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 5,90 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,17 persen, Ekspor Barang dan Jasa sebesar 3,39 persen. Sedangkan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat sebesar 0,42 persen dan Komponen Impor turun sebesar 0,44 persen. Pada PDB triwulan I-2013 dibandingkan dengan triwulan IV-2012, hanya Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang secara riil meningkat sebesar 0,30 persen, sedangkan komponen lainnya mengalami penurunan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 42,63 persen, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto turun sebesar 5,99 persen, Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 4,33 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa juga turun sebesar 13,20 persen. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 57,79 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,99 persen, Pulau Kalimantan 8,89 persen, Pulau Sulawesi 4,70 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,49 persen. Kontribusi terkecil berasal dari kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 2,14 persen.
2.
Perekonomian
Indonesia 2012
|
|
Berita
resmi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia
triwulan III -2012 tumbuh solid 6,17 persen (y.o.y). Pertumbuhan yang tetap
berada pada kisaran 6 persen ini melanjutkan kinerja positif triwulan I dan II
2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut – turut sebesar 6,3 persen dan 6,4
persen. Secara triwulanan, perekonomian pada triwulan III juga tumbuh sebesar
3,21 persen dibanding triwulan sebelumnya. Dengan kinerja pertumbuhan yang
relatif stabil ini, kalangan ekonom memprediksi ekonomi Indonesia tahun 2012
akan tumbuh pada kisaran 6,2-6,3 persen. Meski sedikit di bawah target APBN
2012 sebesar 6,5 persen, capaian pertumbuhan pada kisaran 6,3 persen merupakan
sebuah prestasi yang patut diapresiasi karena dicapai pada saat perekonomian
global mengalami perlambatan.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah perlambatan ekonomi global
didorong oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari konsumsi rumah
tangga dan investasi. Sementara itu, pada triwulan III 2012 pengeluaran
pemerintah yang juga merupakan komponen pendukung pertumbuhan ekonomi, mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Senada dengan pengeluaran
Pemerintah, kinerja ekspor impor juga mengalami penurunan sebagai akibat
perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan utama ekspor.
Pada
triwulan III-2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,3 persen (q.t.q)
dibanding triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun 2011, pengeluran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,68 persen (y.o.y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini diprediksi akan berlanjut pada triwulan
IV 2012 sebagai dampak dari adanya siklus tahunan perayaan Hari Natal dan Tahun
Baru yang secara historis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
peningkatan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Komponen
investasi langsung yang dicerminkan oleh PMTB juga tumbuh sebesar 2,94 persen (q.t.q)
dan 10,02 persen (y.o.y). PMTB adalah semua barang modal baru yang
digunakan atau dipakai sebagai alat dalam proses produksi dalam suatu negara.
Membaiknya persepsi pasar, perbaikan daya beli masyarakat, dan stabilnya
kondisi makro ekonomi diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan PMTB pada
triwulan IV 2012 untuk berada pada kisaran 10 – 11 persen (y.o.y) seperti
halnya triwulan III 2012. Apabila kecenderungan perbaikan pertumbuhan
investasi ini dapat dipertahankan, maka investasi akan menjadi salah satu
komponen utama pendorong pertumbuhan ekonomi 2012, menggantikan kinerja ekspor
yang saat ini mengalami perlambatan.
Prediksi
tersebut didasarkan atas perkembangan positif data-data terkait investasi, baik
dari sisi kuantitas maupun kualitas. Dari sisi kuantitas, kinerja penanaman
modal langsung yang di-release oleh BKPM menunjukkan angka yang
menggembirakan. Pada triwulan III, realisasi penanaman modal langsung mencapai
Rp. 81,8 triliun, meningkat 6,4 persen dibanding triwulan II 2012, dan
meningkat sebesar 25,1 persen dibandingkan triwulan I 2011. Secara kumulatif
realisasi investasi pada Januari–September 2012 mencapai Rp. 229,9 triliun,
meningkat 27,0 persen dari Januari–September 2011 sebesar Rp. 181,0 triliun.
Ini berarti realisasi investasi sampai dengan September 2012 telah mencapai
81,09 persen dari target tahun 2012 sebesar Rp 283,5 triliun. Dengan situasi
makro ekonomi yang relative stabil, target investasi 2012 diperkirakan akan terlewati.
Peningkatan
aliran investasi ini juga dibarengi dengan perbaikan kualitas investasi dalam
hal peralihan investasi pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi, serta
penyebaran lokasi investasi. Aliran investasi secara bertahap telah mengalami
pergeseran dari investasi pada sumber daya alam seperti pertambangan, beralih
pada industri manufaktur seperti kimia dasar, barang kimia dan investasi. Dari
sisi lokasi, aliran investasi secara bertahap bergerak ke berbagai lokasi
proyek di luar Jawa sesuai dengan Program Pemerintah melalui MP3EI yang
mendorong pembangunan kawasan dan infrastruktur pendukung pada koridor-koridor
di luar koridor Jawa.
Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga dan investasi ini tidak dibarengi oleh komponen ekspor –
impor, Perlambatan ekonomin global khususnya di negara-negara tujuan utama
ekspor nasional mengakibatkan kinerja ekspor barang dan jasa mengalami
penurunan sebesar 0,19 persen (q.t.q) dibanding triwulan III-2012, atau
turun 2,78 persen (y.o.y) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini utamanya dipicu oleh melemahnya permintaan China sebagai negara
terbesar penyerap ekspor Indonesia. Selain itu, ekspor non migas pada triwulan
triwulan III-2012 hanya tumbuh 0,70 persen (y.o.y), jauh lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2011 yang mencapai 60,12 persen (y.o.y).
Kinerja
ekspor triwulan IV 2012 diperkirakan akan mengalami perbaikan meski masih
dibayangi ketidakpastian kondisi perekonomian global. Hal ini dilandasi oleh
adanya indikasi membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama,
khususnya China, yang tercermin dari perbaikan tiga indikator ekonomi yaitu
pertumbuhan produksi industri dari 8,9 persen menjadi 9,2 persen, Investasi
aktiva tetap dari 20,2 persen menjadi 20,5 persen dan penjualan ritel naik dari
13,2 persen menjadi 14,2 persen.
Komponen
pertumbuhan yang juga mengalami penurunan adalah pengeluaran pemerintah yang
turun sebesar 0,07 persen (q.t.q), atau turun 3,22 persen (y.o.y)
dibanding tahun sebelumnya. Namun, komponen ini diperkirakan akan meningkat
pada triwulan IV 2012 mengingat pada tahun – tahun sebelumnya pengeluaran
pemerintah selalu meningkat pada akhir tahun. Realisasi pengeluaran belanja
pemerintah khususnya yang berasal dari pengeluaran belanja pegawai dan belanja
barang pemerintah sipil akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
mendukung pembentukan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012.
Perkembangan
komponen-komponen pertumbuhan meliputi konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan kinerja ekspor memberikan landasan yang cukup solid bagi
Perekonomian Indonesia untuk tumbuh pada kisaran 6 persen meski saat ini
kondisi perekonomian global tengah mengalami perlambatan, khususnya di kawasan
Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam World Economic Outlook (WEO) yang
dirilis Oktober 2012, IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global
sehingga untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai 3,3
persen, sedangkan perekonomian Amerika Serikat (AS) diproyeksikan hanya akan
tumbuh 2,2 persen, dan pertumbuhan China melambat menjadi hanya 7,8 persen.
Laporan tersebut senada dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen Jiabao yang
memprediksi ekonomi China hanya akan tumbuh 7,5 persen pada 2012.
Perkembangan
kondisi global dan terjaganya komponen-komponen pertumbuhan menempatkan
Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global. Dalam konteks
regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi
dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Malaysia,
Filipina, dan Vietnam) yang diprediksi hanya tumbuh 5,4 persen. Dalam kawasan
Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah China, dan bahkan mampu
melampaui India.
Pencapaian
positif ini sudah selayaknya untuk diapresiasi tanpa harus terlena berpuas
diri. Kondisi perekonomian global yang belum pulih dan adanya kemungkinan
perluasan intensitas dan skala krisis membuat kita semua harus tetap waspada
dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan yang ada. Tetap menjaga
kestabilan dan kekuatan fundamental ekonomi melalui peningkatan iklim investasi
dengan pembangunan infrastruktur dan pembenahan jalur birokrasi investasi,
serta peningkatan kualitas belanja pemerintah menjadi beberapa agenda kebijakan
pokok yang harus dijalankan untuk menjaga dan meningkatkan trend serta
kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dan 2013.
Jika kita lihat pertumbuhan ekonomi
di tahun 2012 dan 2013 sungguh sanggatlah berbeda jauh. Bagai pemerintah akan
mengatasi semua ini kalau semua pemimpin saja banyak yang tidak peduli dan
banyak yang melakukan tindakkan yang sangat merugikan masyarakat salah satunya
banyak pemimpin yang melakunkan korupsi demi kepentingan diri sendiri.
SUMBER :
2.
http://www.bps.go.id/?news=1008
|
TUGAS I
Kamis, 27 Juni 2013
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
MENGAPA KASUS KORUPSI SULIT DIBRANTAS ?
MENGAPA
KASUS KORUPSI SULIT DIBRANTAS ?
Kasus korupsi di Indonesia seakan sulit dihentikan. Hampir
setiap hari, media-media, Koran, dan lainnya hanya ada kasus yang isinya
korupsi dan korupsi. Mungkin masyarakat
sudah bosan karna, yang disuguhkan hanya pemberitaan mengenai kasus korupsi. Mengapa
korupsi di Indonesia sulit diberantas? Menurut Deputi Pemberantasan Pusat Pelaporan
dan Analisi Transaksi Keuangan (PPATK) WizralYanuar, ada beberapa hal yang
membuat korupsi sulit dihilangkan di Indonesia.
“ Pertama,
korupsi adalah kejahatan yang terorganisir dan melibatkan aparat,".ungkap Wizral
dalam diskusi bertema Caleg dan Pencegahan Korupsi di kantor DPP PPP. Wizral
menjelaskan, korupsi merupakan rantai kejahatan yang panjang, akibatnya sulit untuk
mencari alat bukti guna mengusut atau menuntaskan kasus korupsi. Selainitu, Locus
dilicti (tempat dan lokasi kejadian) dalam kasus korupsi terkadang bersifat
lintas negara. Apalagi, alat atau sarana kejahatan semakin canggih dan
pelakunya pun semakin pintar untuk melakukan kecurangan ataupun kejahatan.
Di internet saja
ada jasa membuka rekening dengan biaya Rp10 juta. Nanti namanya bisa dipalsukan.
Dengan rekening-rekening ini bisa dilakukan pencucian uang. Saat ini Mabes Polri
sedang mengusutnya". Selain itu, sulitnya memberantas korupsi juga disebabkan
adanya persepsi dari masyarakat Indonesia dalam memandang korupsi."Saat ini
korupsi, dipandang sebagai hal biasa," katanya. Wizral menambahkan, kasus korupsi
di Indonesia sangat sulit untuk diungkap juga karena kasus korupsi itu terkadang
melibatkan banyak pihak dan berbelit."Korupsi di Indonesia ibarat gunung es,
hanya kelihatan atasnya saja. Apa yang salah di Republic ini? Semakin dibongkar
korupsi ini semakin banyak,".
Petugas keamanan KPK mengecek kesiapan
rumah tahanan (rutan) khusus untuk nara pidana korupsi di gedung bawah tanah gedung
KPK, Jakarta, rutan yang dibangun di lantai bawah tanah gedung KPK ini nantinya
akan terdiri atas ruang penahanan bagi para koruptor dan safe house bagi
whistle blower atau justice collaborator yang terancam keselamatannya. Tindakan
korupsi di Indonesia dilakukan secara sistematis oleh oknum-oknum pejabat,
karena itu upaya pemberantasan sangat sulit dilakukan.
"Tindakan korupsi yang
dilakukan para oknum pejabat sudah ada sejak zaman Orde Baru, namun saat itu tidak
ada yang berani mengungkap karena pemimpin pada saat itu sehingga negara terbelenggu
oleh kekuasaan," kata DadangWidoyoko, dari Indonesia Corruption Watch
(ICW) pada diskusi publik bertema "Negara Keadaan Darurat". Ia mengatakan,
seiring dengan keterbukaan media informasi diharapkan tindakan-tindakan yang merugikan
bangsa bisa diungkap dan aparat penegak hukum berani menindaknya. Penegak hukum
harus berani bertindak, jangan hanya mengungkap dan menyelidikinya saja, tapi harus
berani memberi hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukannya.
Jika penegak hukum lemah memberikan hukuman, maka
para koruptor tidak akan merasa jera. Bahkan bisa saja mereka berbuat yang
lebihbesar lagi. Saya mengharapkan penegak hukum harus tegas. Kalau masalah hukum
jangan lagi dikait-kaitkandengan politik.Sebaiknya tindak saja agar mereka jera
dan sadar apa yang mereka lakukan itu sudah sangat fatal . Oleh karena itu, aparat penegak hukum dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) harus cermat dan tegas menindak oknum-oknum pejabat yang melakukan korupsi.
Sumber :
1.
http://news.okezone.com/read/2013/03/20/339/778867/mengapa-korupsi-di-indonesia-sulit-diberantas
Langganan:
Postingan (Atom)